GEJALA
SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR
Tanda anak yang kesulitan belajar
antara lain :
a. Perkembangan terlambat
Secara performance anak yang jauh
tertinggal dengan teman seusianya menjadi indikator adanya kelainan
perkembangan padaanak berkesulitan belajar. Perkembangan ini menyangkut
keterlambatan berbahasa, misal : sulit mengerti kata-kata, sulit berbicara
sesuai dengan anak sebayanya.
Keterlambatan ini juga bisa dilihat dari
proses pertumbuhannya, seperti terlambat berjalan atau terlambat berdiri. Hal
lain, ketertinggalan dalam memahami arah, mengenal bentuk huruf, pelafalan kata
atau hitungan. Hasil studi menunjukan anak yang terlambat perkembangannya juga
mengalami keterlambatan di sekolah.
b. Penampilan tak konsisten.
Anak kesulitan belajar mampu mengerjakan
soal matematika dari guru saat ini, tapi jika mendapat soal itu pada pekan
depan ia tak mampu untuk menyelesaikannya. Kesulitan ini diprediksi karena
kemampuan mengingatnya. Ketidak-konsisten anak kesulitan belajar juga bisa
berupa tulisan yang jelek namun hasil lukisanya bagus, dan bisa juga, lebih
bisa mengerjakan sesuatu dengan baik di rumah daripada di sekolah.
c. Kehilangan minat belajar
Sebenarnya anak kesulitan belajar suka
belajar, namun antusiamenya kian berkurang begitu masuk sekolah karena
mengalami gangguan pemrosesan informasi yang butuh daya ingat dan
pengorganisasian informasi dalam jumlah besar. Tanda-tanda yang bisa dilihat
dengan jelas: suka menunda-nunda pekerjaan, seperti mengerjakan tugas belum
selesai dan mengatakan akan mengerjakannya di sekolah.
d. Tak mencapai prestasi seperti
yang diharapkan
Adanya kesenjangan antara potensi dan
prestasi yangditunjukan anak dapat menjadi ciri utama bagi yang
mengalamikesulitan belajar. Misal, anak 8 tahun kelas tiga SD, dengan IQ 139 dengan
kemampuanya bisa menguasai materi kelas 4 bahkan kelas 5. Hambatan ini
disebabkan ketidakmampuan belajar mandiri.
e. Masalah tingkah laku yang
menetap
Anak kesulitan belajar umumnya mempunyai
masalah perilaku. Masalah perilaku ini, seperti cepat mengambek dan marah. Anak
yang mengalami kesulitan persepsi visual dan bahasa akan sulit memahami dan
mengingat informasi, sehingga sering terkesan sukar diatur dan kasar. Tingkah
laku ini tentunya tidak disadari oleh anak. Kesulitan muncul saat anak masuk
sekolah, karena sekolah secara intens menuntutnya berperilaku baik. Di sekolah
mungkin ia berhasil mengendalikan diri, namun di rumah ada perubahan mood yang
mencolok. Hal ini yang menyebabkan anak learning disabilities sering dianggap
keras kepala, malas, tak peka, tak bertanggung jawab,dan tak mau bekerja sama.
f. Kurangnya kepercayaan diri
dan harga diri
Anak sering menggangap dirinya bodoh
karena tak dapat meraih prestasi yang baik di sekolah, tak dapat memenuhi
harapan orang tua, tak dapat diterima kelompok. Adanya rendah diri ini akan
menurunkan motivasi akademis mereka. Anak kesulitan belajar rentan terhadap
situasi yang membuat mereka mudah putus asa dan berhenti mencoba (learned
helpess).
Faktor kesulitan belajar
tersebut adalah :
·
Adanya hambatan belajar secara fisik, lingkungan,
genetis, penyakit ataupun pola asuh keluarga.
·
Metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan
kebutuhan belajarnya
·
gaya belajar siswa yang unik.
Kendala di atas dapat diantisipasi
apabila kita mengetahui ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
seperti berikut ini :
1. Gangguan persepsi visual :
·
melihat huruf atau angka dengan posisi yang berbeda
dari yang tertulis, sehingga seringkali terbalik dalam menuliskan kembali.
·
sering tertinggal huruf dalam menulis.
·
menuliskan kata dengan urutan yang salah misalnya ibu
jadi ubi.
·
sulit memahami kanan dan kiri.
·
bingung membedakan antara obyek dengan latar belakang.
·
sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan) dengan
tindakan (tangan, kaki, dan lain-lain).
2. Gangguan persepsi auditori
·
sulit membedakan bunyi : menangkap secara berbeda apa
yang didengarnya.
·
sulit memahami perintah teruteama perintah yang
diberikan dalam jumlah banyak dan kalimat yang panjang.
·
bingung dan kacau dengan bunyi yang datang dari
berbagai penjuru sehingga sulit mengikuti diskusi karena saat mencoba mendengar
sebuah informasi sudah mendapatkan gangguan dari suara lain di sekitarnya.
3. Gangguan bahasa
·
sulit menangkap dan memahami kalimat yang dikatakan
kepadanya.
·
sulit mengkoordinasikan atau mengatakan apa yang
sedang dipikirkan.
4. Gangguan persepsi -motorik
·
kesulitan motorik halus (sulit mewarnai, menggunting,
melipat, menempel, menulis rapi, memotong, dan lain-lain)
·
Memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi
yang mengakibatkan canggung dan kaku dalam geraknya.
5. Hiperaktivitas
·
Sukar mengontrol aktivitas motorik dan selalu bergerak
atau menggerakkan sesuatu (tidak bisa diam).
·
berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas berikutnya
tanpa menyelesaikan terlebih dahulu.
·
Impulsif.
6. Kacau (distractibility)
·
tidak dapat membedakan stimulus yang penting dan tidak
penting.
·
tidak teratur, karena tidak memiliki urutan-urutan
dalam proses berpikir.
·
perhatiannya sering berbeda dengan apa yang sedang
dikerjakan (melamun atau berhayal saat belajar di kelas).
Bila kita menemukan anak didik yang
memiliki ciri seperti di atas, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah :
·
berkoordinasi dengan orang tua agar melakukan
konsultasi sengan psikolog atau terapis atau dokter.
·
melakukan perubahan strategi pengajaran disesuaikan
kebutuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar